unnamed (33)

Kiri dan Purna Tugas

Dulu, saya masih sempat merasakan hadirnya banyak aktivis yang beraliran kiri atau memiliki kecenderungan kekirian. Mereka tidak hanya bersikap kritis terhadap fenomena borjuasi dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi, tetapi juga terhadap negara yang dipandang sebagai kepanjangan tangan dari kekuatan kapitalis. Maraknya organisasi non-pemerintah (NGO) pada masa itu juga sering dipahami sebagai bagian dari gerakan kiri yang menarik garis tegas terhadap negara, sekaligus menjadi kekuatan kritis masyarakat sipil.

Saat itu, saya merasakan adanya nuansa dinamis dalam kehidupan demokrasi. Ada semacam semangat heroisme dan idealisme yang menyala ketika seseorang memutuskan menjadi aktivis. Bahkan, ada kebanggaan tersendiri ketika mampu berdiri sebagai kekuatan kritis terhadap sistem yang dianggap menindas.

Namun kini, situasinya terasa berbeda. Keadaan sudah jauh lebih baik dibanding masa lalu. Mungkin tugas para aktivis—khususnya mereka yang dulu saya anggap sebagai bagian dari gerakan kiri—sudah dianggap tuntas, atau telah mencapai masa purna tugas. Tak ada lagi anasir kapitalisme yang mesti diperangi, bahkan kini sebagian nilai-nilai itu mungkin sudah menyatu dalam tubuh pemerintahan sendiri.

Wajar jika kemudian, kekuatan kritis yang dulu bergelora, kini memilih menikmati hasil dari jerih payah perjuangannya di masa lalu.

0kotober 2020