Fomo, Fopo, Yolo

Fenomena Fomo, Fopo dan Yolo
Saya masih asing dengan diksi itu. Dua hari lalu seorang kawan mengirim artikel ringan dan saya baca sekelebatan saja. Tentang fenomena generasi Fomo, Fopo dan Yolo. Dan tadi malam, saya kedatangan tamu anak-anak muda pegiat kampus. Saya kira dialah pemilik generasi itu.
Malam itu saya banyak mendengar mereka bertutur. Tiga jam berlalu terasa pendek sekali. Salah satu topik pembicaraan itu tentang gen z dan fenomena Fomo, Fopo dan Yolo. Saya merasa mendapat kuliah dari narasumber yang tepat.
Intinya, FOMO (Fear of Missing Out) adalah ketakutan seseorang akan kehilangan pengalaman, tren, atau kesempatan penting yang dialami orang lain, sering kali dipicu oleh media sosial. FOPO (Fear of Other People’s Opinions) adalah ketakutan terhadap penilaian atau pendapat orang lain, yang dapat membatasi keputusan atau tindakan seseorang. YOLO (You Only Live Once) adalah filosofi hidup yang menekankan pentingnya mengambil risiko dan menikmati hidup sepenuhnya karena hidup hanya sekali.
Setelah perbincangan panjang lebar, ada satu pertanyaan menggelitik yang ditujukan pada saya, kenapa saat ini semakin banyak anak muda bunuh diri? Ia ceritakan serangkaian kasus bunuh diri, termasuk kasus terbaru yang lagi hot.
Setelah sejenak merenung, saya bilang pada mereka. Fopo, Fomo dan Yolo adalah fenomena keringkihan jiwa. Ketiga istilah ini mencerminkan cara pandang yang begitu rapuh dan besarnya tekanan sosial yang dihadapi generasi saat ini, terutama terkait dengan keputusan hidup dan interaksi sosial.
Saya paparkan sebagian data pada kesempatan itu. Ada 17an juta anak muda yang alami masalah kejiwaan. 2,5 juta diantaranya sudah sampai alami gangguan jiwa. Bunuh diri menurut saya hanya soal bom waktu saja sebagai akibat rentannya ketahanan jiwa generasi muda saat ini.
Saya sedikit memberi pesan pada mereka, sudah benar kalian menyibukkan diri dalam aktifitas dan mengisi waktu dengan hal positif. Kompaklah selalu agar kalian tidak merasa sendiri. Keadaan dunia saat ini menurut saya kejam dan brutal terhadap kejiwaan manusia, utamanya buat kaum muda.
Malam makin larut. Mereka menyudahi silaturahminya dan berucap pamit dengan wajah terlihat berseri. Saya antar mereka sampai depan pintu dengan hati haru dan bersyukur karena bisa ikut menemani perjalanan mereka.
Okt 2024