Tentang Film Sore, Isteri dari Masa Depan

Tentang Film Sore, Isteri dari Masa Depan
Malam itu, puteriku mengajak menonton. Filmnya sedang ramai dibicarakan. Judulnya: Sore, Istri dari Masa Depan. Sudah tiga minggu tayang di bioskop, tanda bahwa banyak hati yang disentuh olehnya.
Bagi saya, malam itu istimewa. Bukan karena bioskopnya, bukan pula karena suasana malamnya—tapi karena saya benar-benar bertahan melek sampai layar gelap. Biasanya, setiap diajak nonton anak-anak, di pertengahan film saya sudah pergi ke alam mimpi. Tapi kali ini, saya bertahan hingga akhir.
Ketika puteriku bertanya bagaimana pendapat saya tentang film barusan, saya tersenyum. Mata ayah, kata saya, terganjal oleh pesona Sheila Dara dan Dion Wiyoko. Mereka bukan hanya memerankan tokoh—mereka menghidupkan cerita.
Alur film itu fiksi, bahkan mustahil terjadi. Tentang tokoh Sore, yang kembali ke masa lalu demi mengubah nasib Jonathan, suami yang sangat ia cintai. Ia mencoba berkali-kali, memutar ulang waktu, mencari celah takdir, berharap dapat menyelamatkannya dari kematian yang datang delapan tahun kemudian. Tapi semua usahanya gagal. Takdir seolah sudah ditulis dengan tinta yang tak bisa dihapus.
Tentu, dalam kenyataan, kembali ke masa lalu adalah hal yang mustahil. Tapi di situlah indahnya cerita—kemustahilan itu menyimpan kejujuran emosi yang sangat manusiawi. Ketika seseorang kehilangan sosok yang begitu ia cintai, sering muncul penyesalan yang menghantui: seandainya aku sempat melakukan ini… seandainya aku bisa berkata itu… Bayangan itu menumpuk, berderet panjang di kepala, meski kita tahu semua itu tak mungkin terwujud.
Film ini bukan sekadar cerita tentang perjalanan waktu. Ia adalah cermin dari kerinduan yang tak terobati, dari harapan untuk memperbaiki sesuatu yang telah terlanjur hilang. Dan pada akhirnya, pesan yang ia tinggalkan sederhana tapi menghunjam: selagi masih ada waktu, berbuatlah yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai. Jangan biarkan ada hutang hati yang tak terbayar, karena ketika segalanya berakhir, tak ada kesempatan kedua untuk mengulang.