Kapitalisme versus Baduisme

3177151699

Kapitalisme tak terlawanankan. Semua telah nyaris tunduk. Sejarah pertarungan ideologi itu telah berakhir. Kapitalisme pemenangnya.

Tapi ada sebuah kominitas kecil, tak tampak di peta dunia, terletak di pelosok bukit jauh dari keramaian. Namanya Suku Baduy. Ia tak tunduk dengan kapitalisme. Pun tak silau dengan gemerlapnya.
Baduy tak kalah, karena ia berani membuat ukuran sendiri. Ia independen. Jalan hidupnya tak bisa dan tak mau didikte oleh kekuatan luar, bahkan oleh negara yang menaunginya. Ia tak tergantung, kecuali dari apa yang diupayakan sendiri.

Baginya, kemodernan itu bulsit. Ia punya keyakinan dan caranya sendiri dalam mengatur manusia dan alam. Ia punya ukuran sendiri tentang apa yang bermakna dalam hidup dan kehidupan.
Badui tidak menghamba pada hasrat pemenuhan nafsunya, yang oleh orang modern disebut pilihan rasional. Suku Baduy mengenal cukup. Ia tahu batas dan mengerti apa yang dibutuhkan.

Dengan caranya itu, alamnya terjaga: tanah, air, flora dan faunanya ikut terawat. Bumi, tempat ia berpijak, tak henti memberi berkah, yang membuatnya tak akan kelaparan hingga 100 tahun ke depan.

Apakah Baduy bahagia hidupnya? Bagi penganut paham kapitalisme jawabannya jelas tidak. Sulit dibayangkan ada kebahagian dalam kehidupan yang serba terbatas. Mungkin orang badui akan dikatagorikan manusia papa yang tak sekahtera atau pra sejahtera.
Tapi Suku Badui punya ukuran sendiri. Bahagia itu urusan makna yang manusia bebas membuat dan menentukan sendiri ukurannya. Ukuran itu otonom. Banyak orang, bangsa dan negara menyerahkan ukuran kebahagiaanya pada rezim kapitalisme. Baduy tidak!
Di tengah situasi global yang hari ini terjadi, kerajaan raya kapitalisme sedang alami guncangan. Alam sedang dalam keadaan krisis. Kerusakan alam telah melampoi batas untuk dipulihkan oleh alam sendiri ataupun oleh manusia. Ancaman bencana terus menghantui manusia.
Hubungan antar manusia tak lagi harmonis. Kepincangan dan ketimpangan adalah wajah buram peradaban. Perang, saling ancam dan pamer kekuatan membuat isi bumi makan tak nyaman di huni.

Tapi Badui punya jalan sendiri untuk hidup tenang bersama alam. Ia juga tenang menjalankan hajat ekonominya tanpa akumulasi modal, mikir hutang, bikin koperasi atau omong besar demokrasi.