Keris

KERIS
Malam itu, obrolan santai di teras rumah warga sebuah dusun membahas tentang keris. Kebetulan, beberapa kawan memiliki koleksi benda pusaka tersebut di rumahnya. Mereka saling bercerita tentang jenis dan asal-usul keris hingga bagaimana benda itu sampai ke tangan mereka. Mereka juga membahas segala hal tentang keris, mulai dari filosofinya hingga teknik pembuatannya.
Aku sendiri awam tentang senjata kuno ini. Posisiku lebih banyak mendengar. Alhamdulillah, wawasanku bertambah, meski jika disuruh mengulang, aku pasti sudah lupa.
Namun, malam itu, perbincangan tidak hanya tentang keris sebagai benda pusaka semata. Keris adalah produk budaya pada masanya. Benda yang sering dikaitkan dengan hal-hal mistis ini hanya bisa dipahami dalam konteks sosiologis zaman ketika ia dibuat.
Ada ide di balik keris. Ada filsafat, suasana kebatinan, dan epistemologi yang melatarbelakanginya. Dari situ, kita bisa memahami mengapa bentuk keris seperti itu, apa makna setiap lekuk dan lengkungnya, serta arti dari ujung, pangkal, hingga ukiran pada tempaan logamnya.
Seru. Sebagai orang awam, aku hanya bisa kagum. Ternyata, sebilah keris menyimpan begitu banyak cerita. Tak terbayangkan olehku bagaimana keris dibuat dari berbagai logam yang ditempa. Belum lagi proses mengukirnya dengan detail yang indah. Keris memberi pesan betapa nenek moyang kita memiliki selera estetika yang tinggi.
Pembahasan semakin seru karena membicarakan keris tidak lepas dari jati diri sebuah bangsa. Keris adalah produk budaya. Setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai, atmosfer batin, dan falsafah hidup yang termanifestasi dalam perilaku, sikap, pola pikir, kesenian, fashion, arsitektur, maupun benda-benda lainnya. Keris adalah salah satu wajah budaya masa lalu. Memahami keris sesungguhnya berarti memahami jati diri sebuah kebudayaan.
Sayangnya, jati diri budaya itu kini kian memudar. Banyak orang —bahkan pangling—dengan kebudayaannya sendiri. Hal itu terlihat dari sedikitnya orang saat ini yang benar-benar paham tentang keris.
Generasi hari ini umumnya telah berubah menjadi manusia modern. Mereka telah menjadi bagian dari warga global. Gaya hidup, cara bersikap, berpikir, bahkan mimpi-mimpi mereka sudah diseragamkan. Bumi seakan datar dan serupa di hampir semua tempat. Ide-ide pendidikan, ekonomi, dan pembangunan cenderung seragam. Dalam kondisi seperti ini, kebudayaan asli nyaris punah dan hanya menyisakan artefak-artefak kuno. Keris adalah salah satunya.
Okt 2023