1753549373897

 

Kisah Bayi Terbuang

Sebuah berita kubaca pagi tadi. Seorang warga menemukan bayi secara tak sengaja disebuah rumah kosong dan tergeletak sendirian di atas meja. Bayi itu mungil, cantik dan sehat.

Warga kemudian melaporkan ke polisi dan membawanya ke Bidan Desa untuk mendapatkan perawatan. Pihak berwajib langsung sigap mencari si ibu yang telah membuang bayinya. Masalah hukum tentu sudah menantinya.

Dengan rasa ikut bersedih dan isi kepala berkecamuk. Aku bertanya dalam hati, siapa ibu yang menelantarkan bayinya sendirian? Mengapa ia tega meninggalkannya? Bahkan binatangpun tak akan melakukan itu. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi?

Dalam gelayut dibenakku, pasti ada sesuatu yang luar biasa. Si ibu pasti juga akan mengalami guncangan saat mengambil keputusan itu. Sebuah guncangan yang mungkin tak dirasa oleh kebanyakan orang.

Di luar masalah hukum, terbuka kemungkinan ada faktor lain mengapa peristiwa tak lazim itu terjadi. Sebuah peristiwa kemanusiaan yang menyayat hati. Seperti ada pesan besar dibalik peristiwa itu.

Mungkin si ibu bayi tak waras. Manusia sehat tak akan melakukan itu. Jika ini yang terjadi, selesai!. Ketakwarasan tak membutuhkan alasan. Hukumpun tak bisa bicara. Tapi sungguhkan ia tak waras? Mengapa tak waras? Atau kalau benar tak waras, mengapa dia hamil? Siapa yang melakukan kejahatan terhadap orang tak waras?

Kemungkinan lain, si ibu jabang bayi tak siap menghidupi anaknya secara layak. Mungkin, kehidupannya sedang tak beruntung. Jangankan untuk anaknya, mencukupi dirinya sendiri saja tak cukup. Ia lebih memilih ‘menyerahkan’ ke orang lain daripada dengannya hidup lebih sulit (menderita)

Jika ini yang terjadi, pasti ada kondisi ekonomi yang melatarinya. Berarti ada sisi ketakberdayaan, ketersisihan, ketimpangan sosial ekonomi yang membuat hidupnya sulit. Si ibu itu tak ingin anaknya hidup menderita ditangannya.

Jika ini yang terjadi, peristiwa pembuangan bayi itu sungguh-sungguh satir secara kebudayaan. Berarti ada mekanisme budaya yang macet. Ada indikasi runtuhnya kepedulian dan kasih sayang satu sama lain. Si ibu merasa ‘sendiri’ meski didekatnya ada tetangga, ada masjid, ada balai desa, ada tokoh, ada pemuka agama dst.

Termasuk dalam hal ini perhatian dan kepedulian aparat negara terhadap warganya. Dalam konstitusi disebut dibentuknya negara untuk melindungi segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan. Jika aparat negara tak tahu ada warganya mengalami kesulitan hidup, sehingga harus berbuat ekstrem seperti mencuri, membuang anak atau bahkan membunuhnya karena keterdesakan hidup. Itu berarti negara abai terhadap amanah dan mandat yang diberikan.

Mungkin juga bayi itu dibuang karena ibunya tak ingin menanggung malu karena bayi itu buah dari hubungan ‘gelap’. Andai itu yang terjadi, kenapa perbuatan terlarang itu dilakukan? Apa dia tak diajarkan nilai-nilai oleh orang tuanya? Apa dia tidak mengenyam sekolah? Apakah lingkungan tak lagi ada kontrol sosial dan membiarkan orang bisa berbuat sesukanya?

Maka jika ada perbuatan menyimpang di masyarakat, entah itu kriminal, narkoba, pelanggaran norma dll. Kemudian banyak orang marah dan mengutuk. Sebenarnya apa hak orang marah pada banyak peristiwa ketika pada saat yang sama mereka tak peduli semua itu?

Pembuangan bayi itu satu kasus yang terungkap. Mungkin ada peristiwa lain dalam rupa yang berbeda. Tapi apapun itu, setiap kejadian jarang berdiri sendiri. Ada keterkaitan satu sama lain. Pun ada keterkaitan dengan kita yang mungkin selama ini juga diam dan abai.

Mei 2023