Mengelola Perubahan di Era AI

Mengelola Perubahan di Tengah Gelombang Kecerdasan Buatan
Sebagai bangsa merdeka, Indonesia tak bisa menutup mata dari derasnya arus global, khususnya dalam ledakan teknologi dan dominasi kecerdasan buatan (AI). Dunia sedang bergerak cepat, sering kali tanpa memberi waktu untuk bersiap. Namun sebagai bangsa yang merdeka, kita memiliki hak sekaligus tanggung jawab untuk mengambil sikap: bagaimana mengelola perubahan tanpa kehilangan pijakan dan arah.
Realitas kita masih beragam. Banyak wilayah dan sektor Indonesia masih berada dalam tahap teknologi dasar—sekitar level 1.0 hingga 1.3. Maka mengikuti arus zaman dengan segala kemajuan AI tak bisa digeneralisasi sebagai satu-satunya jalan. Kata kuncinya adalah penyesuaian kreatif. Bukan sekadar mengejar kecanggihan, tetapi menyesuaikan secara cerdas dan kontekstual.
Dalam menghadapi perubahan, energi kreatif harus menjadi elan utama masyarakat. Bukan hanya untuk beradaptasi dengan teknologi global dan segala pernak-perniknya, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat tetap mampu berpikir dan bertindak kreatif dalam menghadapi situasi sekitarnya—apapun kondisinya. Kreativitas tidak boleh menjadi hak istimewa segelintir elite atau pusat kota besar. Ia harus tumbuh di sekolah-sekolah, di ruang-ruang komunitas masyarakat, dan—yang tak kalah penting—dalam tata kelola pemerintahan.
Salah satu jawabannya terletak pada penguatan industri kreatif berbasis lokal. Potensi budaya, sumber daya daerah, dan kebutuhan nyata masyarakat adalah fondasi yang kuat untuk membangun inovasi yang relevan. Teknologi, baik yang berbasis AI maupun teknologi madya, harus digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata—bukan sekadar mengikuti tren global tanpa arah.
Indonesia tak perlu menjadi peniru. Kita bisa menjadi pencipta. Asalkan energi kreatif itu benar-benar diberdayakan dan menjadi semangat bersama, maka bangsa ini tidak hanya bertahan, tetapi tumbuh dengan cara yang bermartabat, kontekstual, dan berkelanjutan.
Betul juga gus adib…tp kalo kita terlalu bermanja dg AI..ya..otak kita akan tergerus bisa bisa jadi jurang yg akan menyeplungkan kita masuk didalamnya dan dengel dengel gak bisa nmentas alias kita jd males buat berfikir realita…..
Salam pijar….OmDj
Betul juga gus adib…tp kalo kita terlalu bermanja dg AI..ya..otak kita akan tergerus bisa bisa jadi jurang yg akan menyeplungkan kita masuk didalamnya dan dengel dengel gak bisa mentas alias kita jd males buat berfikir realita…..
Salam pijar….OmDj