Puisi Kecil Di Tepian Tol

Puisi Kecil Ditepian Tol
Bis yang kutumpangi tiba-tiba berjalan menepi. Lajunya makin perlahan. Kemudian berhenti.
Di jalan tol, berhenti. ‘Ajib!” kataku. Kutengok dari jendela. Bukan rest area! Yang kulihat hanya bentang sawah dan semak dengan rerumputan yang tak terawat.
Awak bis turun dan berjalan ke arah belakang. Mungkin ada yang tak beres dari kendaraan sehingga perlu diperiksa. Ternyata tidak.
Awak bis terus saja berjalan dan melangkah turun diantara semak itu. Keperhatikan diarah bawah sudah ada seorang ibu muda mengendarai motor bersama anak kecil yang duduk didepannya.
Begitu awak bis sampai bawah, si anak turun dari motor. Dengan wajah riang, ia berlarian kecil menyambut dengan kedua tangan dijulurkan ke depan. Tak membuang waktu, Si awak bus itu langsung menyambut balik anak itu.
Satu adegan indah kusaksikan. Di rengkuh anak itu dan didekap erat dalam gendongan. Seperti rindu tak tertahan, keduanya hangat dan larut dalam pelukan.
Kulihat dari balik jendela kaca bis dengan perasaan haru. Berkali kali si awak bis, yang mungkin ayahnya, mencium pipi anak itu. Bahkan ketika si anak sudah diturunkan dari dekapan, anak kecil itu berdiri pasrah si awak bis mendekapnya lagi dan mencium pipi anak mungil itu.
Tak berapa lama kemudian, ia melepas anak itu pada perempuan muda yang berdiri sabar menanti didekatnya. Sebuah tas hijau diserahkan pada awak bis entah apa isinya.
Sepertinya tak banyak waktu, usai tas itu pindah tangan, mereka berpisah dan ketiganya saling melambaikan tangan dengan senyum kebahagiaan. Awak bis kembali berjalan diantara semak menuju bis yang kami tumpangi dan si ibu bersama anak itu menuju motornya.
Entah siapa diantara mereka, apa yang dibicarakan dan rasakan. Drama kecil itu menurutku puisi indah. Ada bersit pesan yang sampai padaku. Tentang tentang arti rindu dan kehangatan. Tentang arti peluk hangat dan kasih sayang. Tentang arti waktu dan kesempatan. Tentang makna dan kebahagiaan. Tentang arti kemewahan dalam sederhanaan.