Sang Guru

Sang Guru
Sang guru memanggilku pada suatu pagi. Aku diminta duduk dibilik sebuah kamar. Setelah melihatku duduk nyaman beliau menyampaikan maksudnya.
“Aku minta kamu mendengarkan pikiranku, setelah itu aku ingin mendengar apa pendapatmu?” kata beliau.
Aku hanya menganggukkan kepala. Dalam benakku, apa pentingnya aku bagi sang Guru yang sudah begitu mumpuni dan sudah melalang jagad meminta pendapat anak bau kencur sepertiku. Tapi atas nama penghormatanku pada beliau, kuikuti permintaannya.
Maka bicaralah Sang Guru panjang lebar dengan segenap pikiran dan hatinya. Seluruh yang dikemukakan padaku tampak berisi dan kata-katanya penuh tenaga.
“Semua sudah kuungkapkan. Sekarang apa pendapatmu, aku ingin mendengar” kata Sang Guru
Jika boleh memilih, aku tak ingin memberikan pendapat. Pikiran yang disampaikannya terlalu jauh diluar kemampuanku. Sayangnya aku tidak dalam posisi memilih kecuali memberikan pendapat semampu yang kuberikan.
Aku merespon hal kecil yang sedikit aku paham kepada beliau. Kukemukan segala argumenku bahwa hal kecil itu menurutku janggal dan tak masuk akal. Begitulah pendapat yang kusampaikan.
Sang Guru mencoba bertahan dan memberi argumen atas idenya, pada saat yang sama mengkritik kelemahan pendapatku. Maka begitulah pagi itu akhirnya ramai kami berdebat panjang lebar. Kami saling bertahan pada argumen masing masing.
Aku menyudahi perdebatan itu dan menyerahkan sepenuhnya pada sang guru. Sejauh kemampuanku, hanya itu yang bisa kulakukan.
Sang guru kemudian merenungi kembali pikirannya. Kami saling diam beberapa saat.
“Pendapatmu benar, aku ralat apa yang sedang kupikirkan. Terima kasih” begitu yang dikatakan kepadaku dengan penuh kesungguhan.
Mendengar kata-kata itu hatiku seperti lunglai. Bagaimana seorang guru yang begitu dikenal mumpuni itu begitu berendah hati mau mendengar, bertukar pikiran dan jujur membenarkan pikiran orang lain dan meralat pikirannya sendiri. Apalagi terhadap seseorang seperti aku, anak muda kemarin sore. Mungkin begitulah sikap seorang guru sejati.
(Mengenang Pak Marie Muhammad saat kemarin melintas rumah beliau. Semoga beliau damai dan bahagia bersama sang Kekasih di sana. Salam takdim dari yang merasa muridmu)
September 2021