Model Kurikulum & Praktek Lapangan

Dalam menyusun sebuah kurikulum secara teoritik ada berbagai model. Salah satu diantaranya adalah model subyek akademis. Penyusunan kurukulum model subyek akademis adalah mengisi konten kurikulum dengan jenis ilmu pengetahuan yang sudah solid (baku). Pengambil kebijakan tinggal memilih ilmu pengetahuan yang dirasa bisa menjawab kebutuhan. Kurikulum berisikan berbagai satuan mata pelajaran dari satu ilmu pengetahuan atau gabungan ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan ini siswa diharapkan memiliki bekal cukup untuk mengarungi kehidupan.
Kurikulum nasional (Sisdiknas) cenderung menggunakan Model subyek akademis. Cirinya, komponen kurikulum berisikan satuan ilmu pengetahuan atau gabungan ilmu pengetahuan dalam matapelajaran. Model kurikulum ini membangun area kognitif siswa, yakni berupa penguasaan ilmu pengetahuan yang relatif sudah baku. Intelektualitas siswa dibangun melalui pasokan ilmu pengetahuan.
Posisi guru sangat penting dengan model kurikulum ini karena guru harus mampu menyampaikan isi ilmu pengetahuan dengan baik kepada siswa. Dua syarat penting yang harus dimiliki guru adalah background ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan kedua adalah ketrampilan dedagogik.
Untuk yang pertama, seorang guru harus memiliki disiplin ilmu yang sesuai atau lulusan jurusan pendidikan tertentu. Kedua ketrampilan mengajar, yang mungkin ditunjukkan dengan sertfikan tertentu. Kedua modal ini yang menjadi syarat utamanya sukses pendidikan dengan menggunakan kurikulum model subyek akademis.
Harapan dari model kurikulum semacam ini adalah bahwa penguasaan pengetahuan atau intelektualitas siswa akan turut membangun moral dan perilaku (karakter) siswa. Mata pelajaran agama diharapkan turut terbangun moral dan perilaku agama. Pun dengan misal pendidikan kewarganegaraan akan turut membangun kharakter kebangsaan siswa.
Pada prakteknya, pasokan pengatahuan tak berbanding lurus dengan perilaku. Sebegitu banyaknya mata pelajaran berisikan aneka ilmu pengetahuan (sain, agama, budaya dan kebangsaan) tidak mendorong sistem perilaku siswa bekerja sesuai harapan. Out put perilaku keagamaan, karakter budaya, karakter kebangsaan belum memberikan hasil yang menggembirakan di lingkungan pendidikan.
Munculnya agenda pendidikan karakter di dunia pendidikan dari waktu ke waktu menunjukkan adanya masalah yang belum terpecahkan. Kecemasan masyarakat khususnya orang tua terhadap arus budaya baru juga satu persoalan tersendiri. Termasuk berbagai survei terkait tindak kriminal, asusila dan penggunaan narkoba dikalangan pelajar yang terus meningkat dan meluas adalah satu masalah yang tidak bisa lepas dari dunia pendidikan.
Hari hari ini masyarakat dicemaskan oleh perilaku korup yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Tindak amoral ini berlangsung intens dan oleh sebagian kalangan menyebut telah menjadi ‘budaya’. Berkali kali koruptor berhasil ditangkap tangan, berkali kali pula kejadian itu berulang. Peristiwa amoral yang merugikan negara itu seperti sesuatu yang biasa dan ironisnya dilakukan oleh kalangan yang boleh dibilang terdidik. Hal ini tentu tidak lepas dari tanggung jawab dunia pendidikan.
Kecemasan terhadap perilaku korup yang marak terjadi itu yang kemudian mendorong lahirnya ide pendidikan antikorupsi masuk dalam kurikulum. Sebagian masih dalam wacana dan sebagian lain sudah masuk dalam mata pelajaran.
Namun apapun itu, dengan model kurikulum yang ada, pendidikan antikorupsi akan dikonversi menjadi sistem pengetahuan. Sebagaimana pada bidang bidang lain, seperti agama atau kewarganegaraan, pendidikan antikorupsi jatuhnya akan menjadi pengetahuan seputar korupsi dan pencegahannya. Siswa mungkin saja paham soal korupsi dan pernak perniknya, tapi tidak bergerak menjadi perilaku antikorupsi.
Disinilah masalah kurikulum kita. Sistem pengetahuan tak serta merta membangun sistem perilaku. Pendidikan perilaku atau karakter harusnya punya porsi tersendiri dalam kurikulum. Pengetahuan hanya satu aspek saja, dan desain model kurikulum harus digeser dengan model lain yang titik tekannya pada perilaku. Tanpa itu, rasanya tak akan ada perubahan fundamental dari dunia pendidikan kita.